Halaman

Rabu, 06 Juni 2012

Keterkaitan Ekosistem di Wilayah Pesisir

Daerah pesisir merupakan wilayah batas pertemuan antara 2 ekosistem besar, yaitu ekosistem darat dan ekosistem laut. Kedua ekosistem ini memiliki karakteristik yang jauh berbeda sehingga daerah pertemuan kedua ekosistem ini menjadi sangat spesifik dan ekstrim. Fluktuasi suhu, salinitas dan pasang surut  merupakan faktor lingkungan utama yang berpengaruh terhadap kondisi ekosistem di wilayah tersebut.

Menurut Odum (1994), daerah perbatasan seperti daerah pesisir dan estuaria menjadi tempat bertemu bagi banyak spesies organisme yang berasal dari darat dan laut. Adanya pertemuan 2 ekosistem ini memberikan peluang bagi berbagai jenis organisme untuk menyeberang dari komunitas yang satu ke komunitas yang lain. Akibatnya, masing-masing jenis organisme yang berasal dari komunitas yang berbeda tersebut memiliki sebaran yang saling tumpang tindih dan bahkan memiliki spesies tersendiri yang tidak ditemukan di wilayah darat dan laut. Kadang-kadang  spesies tertentu memiliki kelimpahan yang lebih besar di  daerah peralihan dibandingkan dengan kedua daerah ekosistem yang mengapitnya.

Pertemuan antara ekosistem  darat dan laut ini dikenal sebagai ekoton dan pada akhirnya menciptakan suatu keterkaitan ekosistem. Keterkaitan ekosistem terjadi akibat adanya hubungan timbal-balik, baik yang sifatnya satu arah maupun dua arah. Hubungan ini akan mencapai titik klimaks pada saat kesetimbangan dan kestabilan ekosistem telah tercapai. Kecenderungan meningkatnya keanekaragaman dan kepadatan di daerah pertemuan antar komunitas dikenal sebagai pengaruh tepi atau “edge effect”.

Jika kita mengikuti aliran dari sebuah sungai yang airnya bersumber dari mata air di pegunungan, maka kita akan menemukan berbagai macam komunitas berbeda yang dilalui oleh sungai tersebut hingga tiba di daerah pesisir dan laut. Beberapa komunitas yang dilalui oleh aliran sungai tersebut diantaranya adalah: hutan pegunungan, hutan dataran rendah, mangrove, lamun dan terumbu karang. Rangkaian ekosistem dari sekumpulan komunitas tersebut menciptakan suatu keterkaitan ekosistem yang utuh dan saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Komunitas hutan pegunungan dan dataran rendah tergolong ke dalam ekosistem darat. Sedangkan komunitas mangrove, lamun dan terumbu karang termasuk ke dalam ekosistem pesisir. Selain itu komunitas yang terdapat di pulau-pulau kecil yang terpisah dari pulau induk atau daratan utama (kontinen) juga digolongkan sebagai ekosistem daerah pesisir.

Komunitas mangrove, lamun dan terumbu karang memiliki peran yang saling mendukung bagi keutuhan ekosistem masing-masing. Mangrove memiliki peran secara fisik sebagai penjebak hara dan sedimen, pelindung daratan dari abrasi dan intrusi air laut dan menjadi tempat berlindung bagi banyak organisme laut. Komunitas lamun berperan secara fisik dengan mengurangi energi gelombang, menstabilkan substrat sehingga mengurangi kekeruhan, menjebak zat hara, serta menjadi tempat bertelur, memijah, mencari makan dan membesarkan juvenil bagi organisme. Sedangkan terumbu karang sendiri, selain berperan mengurangi energi gelombang, juga memperkokoh daerah pesisir secara keseluruhan dan menjadi habitat bagi banyak jenis organisme laut. Keterkaitan ekosistem di daerah pesisir dapat dibagi menjadi 3, yaitu: keterkaitan ekosistem secara fisik, kimiawi dan biologis.



KETERKAITAN EKOSISTEM SECARA FISIK

Keterkaitan ekosistem secara fisik antara mangrove, lamun dan terumbu karang berlangsung 2 arah, baik dari arah darat menuju ke laut maupun dari laut menuju ke darat. Pergerakan massa air dari darat atau laut merupakan faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem di daerah pesisir. Hogarth (2007), menyatakan bahwa mangrove memiliki kemampuan untuk menjebak zat hara, memerangkap sedimen dan melindungi pantai dari hempasan gelombang yang besar. Kemampuan ini berkaitan erat dengan uniknya struktur akar yang dimiliki mengrove. Bentuk akar yang bercabang-cabang dengan struktur yang rumit dan kompleks menyebabkan mangrove memiliki kemampuan membentuk daratan baru dari sedimen yang masuk ke daerah pesisir melalui sungai. Di India dan Pakistan, Sungai Indus membawa partikel sedimen terlarut sebanyak 200 juta ton setiap tahunnya yang sebagian besar diendapkan di daerah delta.

Sedimen yang berasal dari daratan dapat meningkatkan konsentrasi partikel tersuspensi di daerah pesisir sehingga kolom air menjadi bertambah keruh. Tingkat kekeruhan yang tinggi dapat menyebabkan tertutupnya polip karang sehingga menyebabkan proses fotosintesis di dalam sel-sel zooxanthellae dan proses difusi dalam polip karang terganggu. Furukawa et al., (1997) dalam Kathiresan 2001, melaporkan bahwa sekitar 80% dari sedimen yang memasuki Middle Creek di daerah Cairns Australia saat musim semi, diendapkan oleh mangrove. Banyaknya sedimen yang diendapkan berkisar antara 10 -12 kg/m2/tahun Jika mangrove hilang dari daerah tersebut maka sedimen akan terus mengalir menuju laut dan menimbulkan efek negatif bagi organisme laut.
 Hilangnya mangrove akibat badai dapat menyebabkan kerusakan yang parah bagi habitat di daerah pesisir. Pada tahun 1992, badai Andrew menghantam daerah mangrove di pesisir selatan wilayah Florida Amerika Serikat, menyebabkan tercabutnya tumbuhan mangrove hingga seluruh akarnya terangkat dari  substrat. Akibatnya, terjadi erosi yang parah di daerah tersebut karena daratan yang sebelumnya ditumbuhi mangrove, digerus oleh ombak dan angin kemudian dibawa ke laut menjauhi pantai. Hal ini  menyebabkan kekeruhan yang sangat tinggi di dalam kolom air dan menyebabkan kematian bagi banyak organisme laut yang hidup di sekitar daerah tersebut (Orihuela et al., 1991, Bouchon et al., 1991 dalam Kathiresan 2001).
Badai besar yang terjadi di daerah Karibia juga dapat mengubah struktur komunitas dari tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah tersebut. Mc Coy et al., 1996 dalam Kathiresan 2001, melaporkan bahwa badai Andrew menyebabkan kerusakan parah bagi jenis mangrove berukuran besar seperti Laguncuria racemosa. Sedangkan jenis Rhizophora mangle yang memiliki ukuran tubuh lebih kecil tidak terpengaruh oleh badai tersebut.  Rey et al., 1996 dalam Kathiresan 2001, melaporkan bahwa badai Andrew mengakibatkan masuknya air dalam jumlah besar ke daerah yang lebih tinggi dalam hutan mangrove yang sebelumnya tidak pernah/kurang terendam saat pasang tertinggi. Terendamnya substrat (inundation) dalam waktu yang lama oleh air laut yang dibawa badai tersebut menyebabkan matinya jenis Avicennia germinans karena akar nafas jenis mangrove ini sangat peka, sehingga tidak tahan jika terendam air dalam waktu yang lama. Daerah yang sebelumnya ditumbuhi oleh Avicennia germinans, beberapa tahun kemudian diisi oleh Rhizophora mangle. Proses suksesi ini juga diikuti oleh organisme lain terutama dari kelompok invertebrata yang hidup di sekitar akar mangrove.

Kathiresan (2001), menyatakan bahwa kerusakan hutan mangrove akibat badai juga memberikan dampak bagi organisme yang lain. Badai Gilbert dan Joan  yang terjadi di Karibia pada tahun 1988 menyebabkan kematian massal bagi hewan invertebrata yang hidup di akar mangrove. Topan Hugo yang menghantam daerah Guadalupe menyebabkan matinya ikan dalam jumlah yang besar dan hilangnya daerah memijah.

KETERKAITAN EKOSISTEM SECARA KIMIAWI

Proses-proses kimiawi yang terjadi dalam ekosistem mangrove juga memberikan pengaruh bagi ekosistem lain di sekitarnya, seperti ekosistem lamun dan terumbu karang. Sebagian besar proses kimiawi dalam ekosistem mangrove terjadi di dalam substrat dan kolom air. Beberapa parameter yang penting dalam proses ini diantaranya adalah kekeruhan (siltasi), konduktivitas elektrik dan kapasitas pertukaran kation. Konsentrasi nutrien juga merupakan faktor yang penting. Dalam hal ini, mangrove termasuk ekosistem yang seimbang karena sangat efektif dalam menyimpan (sink) nutrien dengan menyerap nitrogen terlarut, fosfor dan silikon. Transfer unsur hara (fluxes nutrien) terjadi melalui proses fotosintesis dan proses mineralisasi oleh bakteri (Kathiresan, 2001).

Tumbuhan mangrove berperan meningkatkan kandungan nutrien dalam substrat melalui serasah berupa daun yang gugur dan materi organik/debris yang terjebak oleh akar. Substrat akan kehilangan zat hara lebih cepat jika komunitas mangrove menghilang. Kaly et al., 1997 dalam Kathiresan 2001 melaporkan, bahwa kerusakan komunitas mangrove di wilayah Queensland Utara, Australia, menyebabkan hilangnya konsentrasi nitrogen dan fosfor secara signifikan dari dalam substrat.

Komunitas mangrove seringkali mendapatkan suplai bahan polutan seperti logam berat yang berasal dari limbah industri, rumah tangga dan pertanian (pupuk yang larut dalam air). Mangrove dalam keadaan normal memiliki kandungan logam berat yang rendah. Silva et al., 1990 dalam Khatiresan 2001, melaporkan bahwa sedimen di mana komunitas mangrove tumbuh di Teluk Sepetiba, Rio De Janeiro, Brazil, memiliki kandungan Mn dan Cu sebesar 99 %, bahkan kandungan Fe, Zn, Cr, Pb dan Cd hampir mencapai 100% dari total kandungan logam berat pada ekosistem mangrove tersebut. Namun, kandungan logam berat yang terdapat pada jaringan tubuh dari spesies Rhizophora mangle yang tumbuh di atasnya hanya sebesar mencapai 1 % saja. Dengan demikian, tumbuhan mangrove memiliki kemampuan untuk mencegah logam berat memasuki jaringan tubuhnya. Hal ini didukung oleh penelitian  dari Sadiq dan Zaidi 1994 dalam Khatiresan 2001 yang dilakukan di Teluk Arab, Saudi Arabia. Kedua peneliti tersebut menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kandungan logam berat yang terdapat di jaringan tubuh mangrove dengan kandungan logam berat yang terdapat dalam sedimen (substrat) dimana mangrove tersebut tumbuh.
Tam dan Wom 1997 dalam Khatiresan 2001, menyatakan bahwa rendahnya kandungan logam berat dalam jaringan tubuh mangrove disebabkan karena beberapa hal: 1). Rendahnya “bioavaibility” dalam sedimen mangal, 2). mekanisme pengeluaran logam berat dari jaringan tubuh mangrove, 3). Adaptasi fisiologis yang mencegah terakumulasinya logam berat di dalam jaringan tubuh mangrove. Akar mangrove berperan sebagai “barrier” yang mencegah logam berat memasuki jaringan tubuh mangrove yang lebih sensitif. Oksigen dikeluarkan oleh akar mangrove dalam substrat membentuk plak besi di permukaan akar yang berperan mencegah logam berat memasuki sel dalam akar. Jika logam berat memasuki jaringan, terdapat mekanisme yang sangat jelas untuk mencegah zat yang berbahaya tersebut masuk ke dalam jaringan tubuh mangrove. Konsentrasi logam berat pada benih Rhizophora apiculata di ketahui mengalami penurunan dari akar ke batang dan dari batang ke daun (Khatiresan, 2001). 

Faktor fisik dan kimiawi dari mangrove secara efisien dapat menjebak logam berat yang tidak dapat diakumulasi secara biologis. Pengendapan yang cepat dari logam sulfida yang stabil dalam kondisi anoksik mengurangi bioavailabilitas dari logam trace dalam sedimen. Elemen yang paling aktif seperti Mn dan Zn akan terendap dalam ikatan fraksi yang kuat. Dengan demikian, komunitas mangrove mampu mengontrol polusi logam berat di daerah tropis (Kathiresan, 2001).

Kemampuan mangrove untuk mengabsorbsi logam berat dalam sedimen merupakan salah satu contoh dari bentuk keterkaitan ekosistem di daerah pesisir. Logam berat merupakan substansi yang bersifat toksik sehingga sangat berbahaya bagi organisme laut. Adanya reduksi logam berat yang terbawa oleh aliran air dan partikel tersuspensi oleh mangrove akan menjamin sehatnya ekosistem lamun dan terumbu karang. Namun, jika ekosistem mangrove menghilang, maka keberadaan ekosistem lamun dan terumbu karang juga akan terancam. Meningkatnya konsentrasi logam berat yang bersifat toksik dalam kolom air akan menimbulkan gangguan fisiologis dalam jaringan tubuh organisme laut.  Hal ini akan mendorong munculnya penyakit yang cepat atau lambat dapat memusnahkan komunitas lamun dan terumbu karang. Kasus yang terjadi di pesisir pantai utara (North Sea dan Wadden Sea) di Jerman adalah merupakan salah satu contoh. Hilangnya komunitas lamun di wilayah tersebut menyebabkan degradasi substrat sehingga upaya untuk merehabilitasi kembali vegetasi lamun di daerah tersebut tidak pernah berhasil. Komunitas lamun yang dahulunya tumbuh subur dan tersebar luas kini menghilang akibat pencemaran limbah industri dan rumah tangga. Limbah tersebut  dibuang melalui Sungai Rheine sejak awal revolusi industri pada abad ke 18 – 19. Para peneliti biologi laut memperkirakan bahwa komunitas lamun yang hilang dari pesisir pantai tersebut tidak akan pernah dapat kembali lagi (Harald Asmus dan Raghnild Asmus, 2006).

Fairhurst dan Graham (2003), melaporkan bahwa keanekaragaman jenis organisme di daerah padang lamun Mainly Lagoon, pesisir Sydney Australia, menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi nutrien dalam kolom air. Tingginya konsentrasi nutrien dalam kolom air memicu pertumbuhan epifit yang berlebihan (blooming) pada daun lamun sehingga menutupi hampir seluruh permukaan komunitas lamun. Akibatnya, banyak tumbuhan dan organisme lain yang berada pada lapisan bawah tidak mendapatkan suplai cahaya dan Oksigen sehingga mengalami kematian. Di daerah Mainly Lagoon tersebut tidak ditemukan adanya komunitas saltmarsh atau mangrove. Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa peran mangrove sebagai penjebak zat hara amatlah penting. Tingginya konsentrasi zat hara dalam kolom air tidak selamanya akan menjamin meningkatnya kualitas ekosistem di daerah lamun, bahkan jika konsentrasi nutrien melewati ambang batas akan menyebabkan komunitas lamun menjadi musnah.

Menurut  Barnes dan Hughes (1999), mangrove menghasilkan  serasah sebanyak 20 ton/ha/tahun dengan produktifitas primer sebesar 0.5-2.4 gram C/m2/hari. Sedangkan Raffaelli dan Hawkins (1996), menyatakan bahwa komunitas mangrove menghasilkan produktifitas primer sebesar 310 gram C/m2/tahun. Sebagian besar dari serasah atau bahan organik yang berada di daerah mangrove tidak langsung dimanfaatkan oleh organisme melainkan akan memasuki jaring-jaring makanan dalam bentuk bahan organik terlarut (Dissolved Organic Matter).

Mann (2000) menyatakan bahwa rata-rata produksi serasah mangrove yang berasal dari daun dan ranting yang gugur mencapai 0,5 – 1,0 kg/m2/tahun. Dari jumlah tersebut sekitar 50% akan hanyut ke luar dari daerah mangrove saat pasang dan terbawa menuju ke ekosistem lamun dan terumbu karang.

Proses transfer nutrien dari daratan menuju daerah mangrove, lamun dan terumbu karang sangat kompleks dan menarik untuk dipelajari karena menunjukkan adanya hubungan keterkaitan di antara ekosistem yang ada di daerah pesisir. Bahan organik yang dibawa oleh aliran sungai dan serasah mangrove mengalami proses dekomposisi terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai unsur hara. Saat daun mangrove gugur dari pohon dan jatuh di permukaan air, maka dimulailah proses dekomposisi bahan organik. Daun mangrove yang jatuh di air atau lumpur yang becek dan lembab akan membusuk perlahan-lahan akibat proses dekomposisi oleh bakteri dan jamur. Proses dekomposisi ini sangat penting karena mengubah serat daun mangrove yang tidak dapat dicerna menjadi menjadi serat yang lebih mudah dicerna. Serasah mangrove yang sudah membusuk tadi kemudian akan dirobek, dicabik-cabik menjadi potongan-potongan yang lebih kecil dan dicerna oleh kepiting dan hewan invertebrata lainnya. Potongan-potongan ini dikenal sebagai POM (Particulate Organic Matter). Setelah dicerna, terbentuk partikel organik yang lebih halus dan lebih sederhana dalam bentuk feses (kotoran). Feses ini akan dicerna lebih lanjut oleh organisme pemakan deposit (deposit feeder) menghasilkan feses yang lebih halus lagi dan kemudian dimanfaatkan oleh organisme penyaring makanan (filter feeder)
Proses dekomposisi akibat autolisis jaringan mati dan aktifitas bakteri akan menghasilkan bahan organik  yang sifatnya terlarut yang dikenal sebagai DOM (Dissolved Organic Matter). Bahan ini akan dimanfaatkan kembali oleh bakteri, diserap oleh hewan invertebrata atau berikatan dengan partikel tersuspensi dan gelembung busa melalui proses fisik-kimiawi sebelum mengendap di dasar perairan dan dimanfaatkan oleh organisme yang hidup dalam sedimen . Sebagian bahan organik akan terhanyut menuju ekosistem lamun dan terumbu karang. Bahan Organik (DOM) yang terlarut dalam kolom air akan dimanfaatkan oleh fitoplankton sebagai produsen primer membentuk partikel organik yang lebih kompleks melalui proses fotosintesis. Fitoplankton kemudian dimakan oleh zooplankton, zooplankton dimakan oleh juvenil ikan dan seterusnya. Dengan demikian terjadi transfer energi dari mangrove ke dalam jaring-jaring makanan melalui aktifitas dekomposisi  dari mikroorganisme (Mann, 2000).


KETERKAITAN EKOSISTEM SECARA BIOLOGIS

 Hubungan keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang sudah diduga sejak lama oleh para ahli ekologi. Namun kepastian tentang bentuk keterkaitan antara ketiga ekosistem tersebut secara biologis masih belum banyak dibuktikan.  Salah satu penelitian yang dilakukan untuk membuktikan adanya keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang tersebut dilaksanakan oleh Nagelkerken et al., (2000), di Pulau Curacao, Karibia. Penelitian tersebut  dilakukan untuk membuktikan apakah daerah mangrove dan lamun benar-benar secara mutlak (obligat) dibutuhkan oleh ikan karang untuk membesarkan ikan yang masih juvenil ataukah hanya sebagai tempat alternatif (fakulatif) saja untuk memijah. Lokasi penelitian dibagi menjadi 4 jenis biotope (habitat) yang berbeda, yaitu : daerah padang lamun di teluk yang ditumbuhi komunitas mangrove, daerah padang lamun di teluk yang tidak ditumbuhi mangrove (tanpa mangrove), daerah  berlumpur di teluk yang ditumbuhi lamun dan mangrove serta daerah berlumpur di teluk yang tidak ditumbuhi lamun dan mangrove (daerah kosong tanpa vegetasi).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, Nagelkerken et al., (2000) melaporkan bahwa beberapa spesies ikan menggunakan daerah lamun dan mangrove sebagai daerah asuhan tempat membesarkan juvenile (nursery ground). Kelimpahan dan kekayaan jenis (species richness) tertinggi ditemukan di daerah padang lamun dan daerah berlumpur yang sekelilingnya ditumbuhi oleh vegetasi mangrove. Sedangkan kelimpahan dan kekayaan jenis terendah ditemukan pada daerah berlumpur yang tidak memiliki vegetasi. Daerah padang lamun dan mangrove menjadi tempat perawatan dan pembesaran juvenile yang bersifat obligat bagi spesies ikan : Ocyurus chrysurus dan Scarus iserti. Daerah padang lamun tanpa mangrove menjadi daerah nursery ground obligat bagi Haemulon parrai, Haemulon sciurus, Lutjanus apodus, Lutjanus griseus, Sparisoma chrysopterum dan Sphyraena barracuda. Daerah berlumpur yang ditumbuhi lamun dan mangrove menjadi daerah nursery ground obligat bagi Lutjanus analis. Daerah padang lamun dan mangrove menjadi daerah nursery ground fakultatif bagi Chaetodon capistratus, Gerres cinereus, Haemulon flavolineatum dan Lutjanus mahagoni.

Keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang menciptakan suatu variasi habitat yang mempertinggi keanekaragaman jenis organisme. Hal ini membuktikan adanya pengaruh tepi (edge effect) seperti tampak pada penelitian Nagelkerken et al. (2000). Adanya variasi habitat menciptakan daerah tepi yang saling tumpang tindih. Hal ini menimbulkan suatu daerah pertemuan antar spesies sehingga meningkatkan keanekaragaman jenis organisme di daerah tersebut. Sedangkan di daerah yang memiliki habitat  seragam atau tidak memiliki vegetasi hanya mendukung sedikit organisme. D’Avanzo dan Musante (2004), menyatakan bahwa beberapa species ikan terumbu karang melakukan migrasi bolak balik antara terumbu karang, lamun dan mangrove. Sedangkan Mumby (2006), menyatakan bahwa biomassa dari jenis ikan terumbu karang akan meningkat lebih dari dua kali lipat jika komunitas terumbu karang terhubung dengan daerah mangrove yang masih terpelihara dengan baik karena proses reproduksi dan regenerasi tidak terganggu.

Hubungan keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang juga ditunjukkan oleh migrasi ikan karang menuju ke padang lamun dan hutan mangrove. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, Versteegh (2003a, 2003b) melaporkan bahwa berdasarkan waktunya migrasi ikan dapat dibagi menjadi 3 seperti diuraikan di bawah ini:

  1. Migrasi yang dilakukan oleh ikan dari tempat satu ke tempat yang lain sesuai dengan tahapan atau daur hidupnya. Misalnya beberapa jenis dari ikan melakukan migrasi ke estuaria saat masih dalam tahap juvenil dan bermigrasi kembali ke laut dalam saat dewasa.
  2. Migrasi yang dilakukan pada waktu tertentu setiap tahun. Migrasi ini umumnya dilakukan untuk mencari lingkungan baru yang memiliki banyak sumber makanan,  memiliki kisaran suhu tertentu atau mencari tempat untuk memijah dan bertelur. Migrasi ini  dikenal sebagai migrasi musiman.
  3. Migrasi yang dilakukan setiap hari. Migrasi ini umumnya dimulai saat senja. Beberapa jenis ikan yang bersifat nocturnal (aktif pada malam hari) bergerak dari tempat beristirahat di gua-gua atau di daerah terumbu karang menuju perairan yang lebih dangkal seperti daerah lamun dan mangrove untuk mencari makan. Saat fajar ikan-ikan tersebut akan melakukan migrasi kembali ke tempat yang lebih dalam untuk beristirahat di gua atau di daerah terumbu karang. Migrasi ini disebut migrasi senja (twilight migration). Adapula ikan yang melakukan migrasi mengikuti pola pasang surut. Ikan-ikan dari daerah terumbu karang atau ikan dari laut terbuka akan bergerak menuju padang lamun dan mangrove saat pasang naik untuk mencari makan dan akan kembali saat surut. Migrasi ini disebut migrasi pasang surut (tidal migration).

Bukti adanya migrasi harian dari ikan karang menuju ke ekosistem  lamun telah dilaporkan oleh Beets et.al., (2003). Hasil penelitian yang dilakukan terhadap ikan karang dari jenis “Bluestriped Grunt” Haemulon sciurus dewasa dan juvenil dengan menggunakan tagging pasif dan telemetri sonik menunjukkan adanya pergerakan jenis ikan tersebut dari daerah terumbu karang menuju ke padang lamun pada malam hari. Namun tidak dilaporkan aktivitas apa yang dilakukan oleh ikan tersebut di daerah lamun. Akan tetapi kuat dugaan bahwa ikan dewasa melakukan migrasi untuk mencari makan sedangkan ikan juvenil untuk berlindung dari pemangsa.

Upston dan Booth (2003), melakukan penelitian dengan menggunakan habitat buatan yang berisi lamun tiruan (artificial seagrass) untuk menentukan penyebab bermigrasinya ikan menuju ke padang lamun. Lamun buatan/tiruan tersebut ditempatkan pada daerah yang berdekatan dengan komunitas lamun alami dari jenis Zostera capricorni di Teluk Botany New South Wales, Australia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis ikan “Tarwhine”  Rhabdosargus sarba mendominasi populasi ikan pada habitat buatan dan alami. Juvenil dari berbagai jenis ikan juga ditemukan di habitat buatan dari lamun artificial setelah di pasang selama 6 hari. Karena daun lamun tiruan tidak memungkinkan untuk menjadi bahan makanan bagi ikan, maka kuat dugaan bahwa sebagian besar ikan yang yang ada di habitat buatan tersebut memanfaatkan komunitas lamun tiruan tersebut sebagai tempat untuk berlindung. Namun, perlu penelitian lebih lanjut untuk menentukan apakah habitat lamun buatan digunakan sebagai tempat untuk mencari makan, mengingat juvenil ikan umumnya hanya memakan Zooplankton atau organisme invertebrata yang melekat pada daun lamun yang asli (Upston dan Booth 2003).

Dari  proses migrasi yang telah diuraikan di atas dapat diketahui bahwa banyak jenis ikan membutuhkan beberapa ekosistem yang berbeda untuk hidup. Dengan demikian, hilangnya satu ekosistem akan merugikan banyak spesies organisme laut. Jika ekosistem mangrove atau lamun hilang, maka banyak organisme yang hidup di daerah terumbu karang atau laut dalam yang akan mengalami kerugian karena kehilangan tempat untuk mencari makan, memijah, membesarkan anak dan berlindung dari pemangsa. Adanya keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang menyediakan ruang yang lebih luas dan habitat yang lebih bervariasi. Hal ini berarti akan meningkatkan daya dukung bagi kehidupan organisme serta menciptakan suatu rantai makanan dan jaring-jaring makanan yang lebih kompleks. Tidak mengherankan apabila keanekaragaman jenis organisme laut relatif tinggi di daerah pertemuan antara ketiga ekosistem tersebut.

Beberapa jenis burung yang hidup di daerah mangrove memanfaatkan padang lamun sebagai tempat mencari makanan saat surut. Hal ini juga merupakan salah satu bentuk keterkaitan secara biologis antara ekosistem mangrove dengan ekosistem padang lamun. Jenis-jenis organisme yang menjadi bahan makanan bagi bangau terdiri dari hewan invertebrata kecil seperti udang, ikan, cacing polychaeta, siput dan kerang yang terbenam di dalam pasir atau melekat di daun lamun. Kehadiran burung-burung tersebut juga menciptakan suatu keterkaitan secara kimiawi dalam bentuk siklus nitrogen dimana konsentrasi N yang ada di daerah padang lamun akan dipindahkan ke hutan mangrove. Ikan yang dimakan bangau mengandung banyak protein yang akan dicerna dan diterima oleh mangrove dalam bentuk feses (kotoran burung).


sumber :  Eckoeffendi on August 1, 2009

Pusi Untuk Bunda


MOTHER IS MY SOUL

Mother……………
For me you are my soul
Without you I am noting in this world
I can’t image life without you
So big your offering
Just for a child that never
To agrave her name
You always to calm
For give me your love
You never to sigh
To stand before my action behavior
But I can’t reply  your service
I just a child that can’t reply your main
Mother ………………
I’m like coral that throw down wave
That can’t carry out
Something  for  you
But I wanna you now
My life for you
And I’m sure I wanna give you
The  best from me
Thank you so much and love u until I die
 by: Rika Afsari

Kamis, 31 Mei 2012

Manfaat Biologi Diberbagai Bidang


Pengetahuan mengenai mahluk hidup dimanfaatkan untuk memecahkan berbagai macam masalah untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Berbagai masalah yang berkaitan dengan sandang, pangan, papan, energi, lingkungan kesehatan bahkan sosial dapat diatasi dengan ilmu biologi. Beberapa contoh manfaat biologi dalam kehidupan adalah :

1. Pemanfaatan Biologi Dalam Bidang Pertanian
            Ada banyak sekali peranan ilmu Biologi dalam bidang pertanian. Berikut ini beberapa peranannya :

1. Membantu dalam menemukan dan mengembangkan bahan kebutuhan pokok manusia, terutama bahan makanan dari tanaman pertanian
2. Menemukan berbagai penyebab dan pengobatan berbagai macam penyakit pada tanaman pertanian
3. Penemuan bibit - bibit unggul tanaman pertanian yang bisa meningkatkan produksi pertanian sehingga dapat membantu menyelesaikan masalah pangan.
4. Menyingkap rahasia proses-proses kehidupan, pewarisan sifat, dan gen sehingga dapat digunakan untuk merubah sifat – sifat pada tanaman pertanian menjadi lebih unggul serta menghasilkan tanaman hibrida yang banyak dengan sifat yang tetap.
Dewasa ini telah banyak ditemukan bibit unggul dengan mengadakan hibridisasi sehingga mendapatkan varietas baru yang diinginkan. Melalui teknik hibridisasi telah didapatkan varietas unggul seperti kacang-kacangan dan serealia. Varietas padi yang bersifat unggul memiliki rasa yang enak, tahan penyakit, daya simpan lama dan berumur pendek.
Pengendalian hama dewasa ini telah dikembangkan melalui pengendalian hama secara biologis, karena penggunaan pestisida dapat menyeabkan hama menjadi resisten, sisa pestisida dapat mencemari lingkungan dan residunya tersimpan dalam tanaman yang akan menimbulkan berbagai masalah bagi kehidupan manusia. Pengendalian hama dpat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :
- memanfaatkan predator alamiah, contoh : hama lebah penyengatuntuk kupu-kupu artona yang merusak kelapa.
- memutuskan siklus hidup hama, misalnya dengan mengadakan rotasi tanaman
- menggunakan bibit unggul tahan lama, misalnya VUTW ( Varietas Unggul Tahan Wereng )
Penyediaan bahan makanan khususnya perbanyakan bibit tanaman dikembangkan teknik kultur jaringan untuk perbanyakan tanaman perkebunan yang diperbanyak secara vegetatif dan menghasilkan banyak tanaman klon dari sejumlah jaringan awal.

2. Pemanfaatan Biologi Dalam Bidang Kesehatan
            Ditemukannya antibiotik dari jamur. Penicillium memungkinkan dihasilkannya penisilin dalam jumlah banyak dengan cara mengkulturkan penicillium dalam tangki fermentasi yan berisi larutan untuk pertumbuhannya. Juga ditemukan vaksin yang digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh orang yang divaksinasi sehingga menimbulkan perlindungan pada tubuh dari serangan virus dan bakteri tertentu misalnya : vaksinasi terhadap heptitis dan vaksinasi terhadap batuk rejan ( infeksi oleh bakteri ).

3. Manfaat Biologi Dalam Menyelesaikan Masalah Sosial

            Molekul DNA dapat diisolasi dari sel kemudian dideteksi sehingga memberikan gambaran enzim retriksi yang khas pada setiap orang. Dalam kasus pembunuhan, pengadilan bisa melacak pelakunya bila penjahat meninggalkan sampel darah atau jaringan ditempat terjadinya kejahatan. Demikian pula kasus perebutan anak di pengadilan dapat diselesaikan denganadanya hasil tes DNA, karena anak memiliki kesamaan enzim retriksi dengan orang tuanya.

4. Manfaat Biologi Dalam Bidang Industry
            Dahulu manusia hanya mengambil sesuatu dari lingkungannya yang langsung dapat dimanfaatkan untuk kehidupannya, misalnya buah-buahan langsung dipetik untuk dimakan, sementara bagian lain dari tumbuhan itu dibiarkan atau dibuang begitu saja. Begitu pula pemanfaatan manusia terhadap hewan, hanya diambil daging atau telurnya saja. Namun setelah berkembangnya Biologi, khususnya pada cabang zoologi, botani, taksonomi, biokimia, mikrobiologi, dan bioteknologi, manusia telah berhasil menemukan berbagai bagian tubuh tumbuhan atau hewan yang dapat diolah menjadi bahan baku industri.
Berikut ini adalah contoh-contoh pemanfaatan Biologi pada bidang industri:
a. Ditemukannya kandungan gula yang cukup tinggi pada batang tebu, menyebabkan berkembangnya pabrik pengolahan tebu menjadi gula.
b. Diketahuinya bahwa serabut biji kapas dan bulu domba dapat diolah menjadi benang, dan kepompong ulat sutera dapat diolah menjadi benang sutera, maka berkembanglah industri tekstil/kain, kain wol dan kain sutera.
c. Dengan berkembangnya mikrobiologi, telah diketahui berbagai struktur dan sifat-sifat dari berbagai jenis mikroba/jasad renik, baik yang menguntungkan maupun yang bersifat patogen (menyebabkan penyakit), maka berkembanglah industri obat-obatan, makanan/minuman yang berkhasiat obat. Contoh dalam industri makanan adalah sebagai berikut; Setelah diketemukannya jenis bakteri Lactobacillus yang sifat-sifatnya dapat bermanfaat bagi manusia dan dapat dibuat menjadi yoghurt, maka berkembanglah industri pembuatan yoghurt. Yoghurt ini dibuat dari susu yang difermentasikan dengan menggunakan bakteri Lactobacillus, pada suhu 40 derajat celcius selama 2,5 jam sampai 3,5 jam. Contoh lainnya pemanfaatan mikrobiologi dalam bidang industri makanan adalah pada industri kecap, tempe, oncom, keju, roti, dan nata de coco, serta minuman anggur.

Dalam industri obat-obatan, telah diketahui sifat-sifat bakteri Escherichia coli yang ternyata dapat dibuat/disintesis menjadi insulin; insulin ini sangat berguna bagi penderita penyakit Diabetes Melitus pada manusia.

Contoh perkembangan mikrobiologi dalam industri obat-obatan lainnya adalah pada industri pembuatan antibiotik dan vaksin. Macam-macam antibiotik yang sudah berhasil dibuat antara lain adalah: Penisilin (dibuat dari jamur Penicillium), Sefalosporin (dihasilkan oleh jamur Cephalosporium), dan Tetrasiklin (dihasilkan oleh jamur Streptomycin).



Hubungan Biologi Dalam Bidang Agama
Hubungan antara agama dengan sains dalam proses pembelajaran materi pelajaran apa saja yang diajarkan di sekolah semua sama menggunakan otak sebagai pusat kajian informasi.
sama-sama memiliki dua hal; yaitu dapat dipahami melalui kemampuan otak untuk berpikir dan mendapat kebenaran, dan objek kajian sama-sama bersifat realitas. Sungguhpun agama bersifat realitas, bisa dipahami dengan otak (berpikir), akan tetapi ia juga bisa dipahami melalui hati (intuisi) untuk meyakini kebenaran sebab materi kajiannya bersifat gaib (abstrak). Dengan demikian tidak ada disparitas atau dikotomi baik cara pemahaman agama dan sains maupun objek kajiannya, semua memiliki kesamaan yaitu dipahami melalaui kemampuan otak dan kajiannya bersifat realistis. Karena itu, tidak alasan guru agama dan guru umum membedakan agama dengan sains.
Berpijak dari adanya kesamaan di atas, maka sesungguhnya al-Qur’an tidak membedakan kajian sains manapun dengan agama sebab keduanya bertemua dalam ranah kajian bersifat realitas dan rasional. Artinya mata pelajaran agama Islam sudah saatnya para guru membelajarkan materi agama dengan menggunakan pendekatan rasional (masuk akal). Guru agama Islam di sekolah menengah abad ke 21 harus mampu membelajarkan pebelajar (siswa) dengan mengoptimalkan penggunaan daya nalar bahwa agama bisa dipahami dengan akal.
Ø  Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan
Al-Qur’an adalah salah satu sumber ilmu pengetahuan.
- Ilmuaqaly yaitu ilmu diperoleh melalui penelitian, seperti ilmu biologi, kimia
-Sama’iy adalah ilmu didapat melalui pendengaran seperti ilmu bahasa dan sastra.
akal, dan hati.
>Semua bermuara pada otak sebagai pusat pemrosesan informasi yang akan diungakpan oleh mulut manusia.
>Senungan spiritual (hati), sebab agama terfokus pada dua unsur kajian yaitu unsur gaib dan nyata.
Adanya dua unsur gaib dan nyata dalam bidang agama menunjukkan agama tidak bisa sepenuhnya dipahami secara akal (otak) sebab akal tidak akan mampu menembus pemahaman ilmu gaib, melainkan wilayah pembahasan hati untuk menangkapnya. Adapun yang termasuk unsur gaib, seperti Allah, malaikat, jin, kiamat, surga, neraka dan sebagainya. Sedangkan unsur nyata semua ciptaan Allah di atas muka bumi dan di kolong langit, seperti diri manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, fenomena alam, benda- benda langit, lautan dan aneka ragam isinya, matahari, bulan, hujan dan sebagainya. Unsur gaib, meskipun tidak nampak secara kasak mata, tetapi umat Islam tetap meyakininya (beriman) sebagai sebuah kebenaran dan kenyataan di alam yang lain. Sungguhpun berada di alam tidak tampak, namun Allah sudah memberikan perumpamaan atau kiasaan kepada manusia sebagai bahan pembelajaran. Artinya Allah membelajarkan manusia masalah gaib dapat menemukannya secara konkrit melalui miniatur atau modelnya yang menyerupai bentuk aslinya. Baik unsur gaib maupun unsur nyata di alam dunia ini semua dapat dipahami melalui akal (berpikir).
Adapun hubungannya dengan kajian sains (science) bahwa semua bertumpu pada masalah yang bisa diteliti, diamati, dan dipelajari secara seksama. Artinya pembelajaran sains pendekatannya menggunakan hal-hal yang konkrit. Untuk memahami segala macam sains sudah pasti menggunakan andalan akal (otak), sebab ia berhadapan dengan masalah konkrit (nyata). Dengan demikian antara agama dengan sains ada sesuatu yang sama yaitu sama-sama menggunakan potensi otak untuk berbagai tujuan manusia, seperti mengamati, menganalisa, mengkritisi, membandingkan, menyimpulkan dan sebagainya. Untuk itu, dalam proses pembelajaran materi mata pelajaran agama Islam di sekolah menengah pertama (SMP) antara guru agama Islam dengan semua guru sains tidak saling mengklaim sebagai pihak yang mengagungkan nilai-nilai rasionalitas. Guru agama Islam pun memerlukan pendekatan rasionalitas dalam memahamai berbagai bentuk realitas yang terjadi di bumi dan di langit.




Ø Manfaat Gerakan Shalat Bagi Kesehatan Tubuh
            Pada kesempatan ini saya ingin berbagi tentang faedah/manfaat dari gerakan shalat yang minimal lima waktu dalam sehari semalam kita laksanakan. Sungguh dengannya telah semakin membuka cakrawala kebenaran ajaran Islam bagi segenap umat manusia. Menempatkan bahwa Islam adalah rahmatan lil `alamin (rahmat sekalian alam) yang tak terbantahkan.
Berikut ini adalah penjelasannya:
Sebelum membahas tentang manfaat gerakan shalat, ada baiknya kita membahas tentang manfaat dari berwudhu sebelum menunaikan shalat.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa berwudhu dengan membaguskan wudhunya, maka keluarlah dosa-dosanya dari kulitnya sampai dari kuku jari-jemarinya” (HR. Muslim)
“Sungguh ummatku akan diseru pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya karena bekas wudhunya, (Abu Hurairah menambahkan) maka siapa yang mampu melebihkan panjang sinar pada tubuhnya, maka lakukanlah” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Ilmu kontemporer menetapkan, setelah melalui percobaan mikroskopi terhadap tumbuhnya mikroba pada orang yang berwudhu secara teratur dan juga kepada yang tidak teratur- bahwasannya orang yang selalu berwudhu maka mayoritas hidung mereka menjadi bersih, tidak terdapat berbagai mikroba. Oleh karena itu, adanya mikroba yang menempel pada mereka hilang sama sekali ketika mereka membersihkan hidung, dibandingkan dengan orang yang tidak berwudhu maka tumbuh pada hidung mereka berbagai mikroba dalam jumlah yang besar yang termasuk jenis mikroba berbentuk bulat dan berklaster yang sangat berbahaya … dan mikroba yang cepat menyebar dan berkembang-biak … dan mikroba lainnya yang menyebabkan banyak terjadinya berbagai penyakit. Dan sudah jelas bahwasannya proses keracunan itu terjadi adanya perkembangan berbagai mikroba yang berbahaya bagi rongga hidung, kemudian sampai ke tenggorokan untuk kemudian terjadi berbagai peradangan dan penyakit, apalagi jika sampai masuk ke peredaran darah!!
Oleh karena itu, disyari\’atkan untuk melakukan istinsyaaq (menghirup air ke dalam hidung) sebanyak 3 kali kemudian menyemburkannya (tetap dengan hidung) setiap kali wudhu. Adapun berkumur-kumur itu dimaksudkan untuk menjaga kebersihan mulut dan kerongkongan dari peradangan dan pembusukan pada gusi, serta menjaga gigi dari sisa-sisa makanan yang menempel gigi. Dan sudah terbukti secara ilmiah bahwa 90% orang yang mengalami kerusakan gigi jika saja mereka mau perhatian terhadap kebersihan mulutnya ketika dahulu rusak gigi-gigi mereka, dan adanya pembusukan yang terjadi disebabkan oleh makanan dan air liur dan bercampur dalam perut dan menuju ke darah. Dan dari darah itulah kemudian menyebar ke seluruh organ dan kemudian menyebabkan berbagai penyakit.
Dan sungguh, berkumur-kumur akan menyegarkan berbagai organ yang ada di wajah dan menjadi cerah. Dan uji-coba ini belum pernah dikemukakan oleh para dosen olah raga kecuali sedikit. Hal ini karena mereka hanya memperhatikan kepada organ-organ tubuh yang besar. Dan membasuh wajah dan kedua tangan sampai siku, serta kedua kaki memberikan manfaat untuk menghilangkan debu-debu dan berbagai bakteri, apalagi dengan membersihkan badan dari keringat dan kotoran lainnya yang keluar melalui kulit.
Dan juga, sudah terbukti secara ilmiah tidak akan menyerang kulit manusia kecuali apabila kadar kebersihan kulitnya rendah. Sebab manusia apabila lama beraktivitas tanpa membasuh anggota badanya, maka kulit akan mengalami berbagai peradangan yang menyerang permukaan kulit, seperti kudis. Dan kudis ini menyerang ujung jari-jari yang sebagian besar tidak dalam keadaan bersih, sehingga masuklah berbagai mikroba ke dalam kulit.
Oleh karena itu, bertumpuk-tumpuknya peradangan sangat mengundang mikroba untuk berkembang-biak dan menyebar. Maka, wudhu telah mendahului Ilmu Pektrologi modern dan para pakar yang menggunakan karantina sebagai media untuk mengetahui berbagai mikroba dan jamur-jamur yang menyerang kulit orang-orang yang tidak suka dengan kebersihan, dimana kebersihan ini semakna dengan wudhu dan mandi dan dengan uji-coba dan penelitian.
Penelitian dan uji coba ini memberikan manfaat yang lain:
Bahwa kedua tangan banyak membawa mikroba yang terkadang berpindah ke mulut atau hidung apabila tidak dibasuh. Oleh karena itu, sangat ditekankan untuk membersihkan kedua tangan terlebih dahulu sebelum melakukan wudhu. Dan ini menambah jelas kepada kita sabda Rasulullah: Apabila salah seorang diantara kalian bangun dari tudir, maka janganlah mencelupkan kedua tangannya ke bejana (tempat air) sebelum mencucinya terlebih dahulu tiga kali.
Dan sudah terbukti juga bahwa peredaran darah pada organ tangan bagian atas dan lengan bawah serta organ-organ bagian bawah seperti kedua kaki dan kedua betis adalah organ-organ yang paling lemah dibandingkan organ tubuh lainnya karena jauhnya dari pusat peredaran darah, jantung. Maka apabila kita membasuhnya diserta menggosoknya, maka akan menguatkan peredaran darah pada organ-organ tersebut sehingga membantu kita menambah tenaga dan vitalitas. Dan dari itu semua, maka terketahuilah mukjizat disyari\’atkannya wudhu di dalam Islam.
Setelah penjelasan mengenai wudhu diatas, marilah kita memasuki pembahasan tentang manfaat dari gerakan shalat. Diantaranya sebagai berikut:
1. Takbiratul Ihram
Takbiratul ihram adalah sikap yang berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga dan pangkal tangan yang sejajar dengan bahu, lalu melipatnya di depan perut (di atas pusar) atau dada bagian bawah. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar yang kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke seluruh tubuh.
Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas dan gerakan ini bermanfaat untuk melancarkan aliran darah, getah bening (limfe), dan kekuatan otot lengan.
2. Ruku’
Ruku’ yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang dan tangan bersandar pada lutut.
Gerakan ini bermanfaat untuk menjaga kesempurnaan posisi serta fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat saraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi untuk merelaksasikan otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, ruku` adalah sarana latihan bagi kemih sehingga gangguan prostate dapat dicegah.
3. I’tidal
Bangun dari ruku’, tubuh kembali tegak setelah mengangkat kedua tangan setinggi telinga. I’tidal merupakan variasi dari postur setelah ruku’ dan sebelum sujud. Gerakan ini bermanfaat sebagai latihan yang baik bagi organ-organ pencernaan. Pada saat I’tidal dilakukan, organ-organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Tentu memberi efek melancarkan pencernaan.
4.. Sujud
Posisi sujud berguna untuk memompa getah bening ke bagian leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan daerah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Oleh karena itu, sebaiknya lakukan sujud dengan tuma’ninah (tenang), tidak tergesa-gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak karena sujud yang tuma’ninah dan kontinu dapat memicu peningkatan kecerdasan seseorang. Posisi seperti ini menghindarkan seseorang dari gangguan wasir juga saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan hingga telapak tangan. Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada. Khusus untuk wanita, payudara tak hanya menjadi lebih indah bentuknya tetapi juga memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.
Selain itu, manfaat lain bagi wanita yaitu otot-otot perut (rectus abdominis dan obliqus abdominis externus) berkontraksi penuh saat pinggul serta pinggang terangkat melampaui kepala dan dada. Kondisi ini melatih organ di sekitar perut untuk mengejan lebih dalam dan lebih lama yang membantu dalam proses persalinan. Karena di dalam persalinan dibutuhkan pernapasan yang baik dan kemampuan mengejan yang mencukupi. Bila otot perut telah berkembang menjadi lebih besar dan kuat, maka secara alami, otot ini justru menjadi elastis. Kebiasaan sujud menyebabkan tubuh dapat mengembalikan dan mempertahankan organ-organ perut pada tempatnya kembali (fiksasi).
5. Duduk di antara sujud
Duduk setelah sujud terdiri dari dua macam yaitu iftirosy (tahiyat awal) dan tawarru’ (tahiyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki.
Pada saat iftirosy, tubuh bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan saraf nervus Ischiadius. Posisi ini mampu menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarru’ sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (uretra), kelenjar kelamin pria (prostate) dan saluran vas deferens. Jika dilakukan dengan benar, posisi seperti ini mampu mencegah impotensi.
Variasi posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarru’ menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak kita.
6. Salam
Gerakan memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal. Salam bermanfaat untuk merelaksasikan otot sekitar leher dan kepala, menyempurnakan aliran darah di kepala sehingga mencegah sakit kepala serta menjaga kekencangan kulit wajah.
Demikianlah yang dapat saya share kepada Anda sekalian. Sungguh banyak mendatangkan banyak manfaat bagi kita yang sudi menunaikannya sehari-hari. Semoga dengannya kita bisa lebih meningkatkan ibadah shalat kita. Mengharap banyak kesehatan dan tentulah ridha-Nya.

Ø Dampaknya Dalam Bidang Pendidikan
            Menciptakan generasi muda yang tidak hanya memiliki ilmu pengetahuan namun juga memiliki moral dan tingkah laku yang sopan sesuai dengan kode etika.
Dengan adanya hubungan biologi dengan agama khususnya agama Islam akan mempermudah para guru dalam proses pembelajaran.
Misalnya ketikia mengajar biologi, beberapa materi yang sulit djelaskan secara ilmiah bisa dipahami dengan ilmu agama yang telah dituliskan dalam Al-Qur’an, begitu juga sebaliknya pembelajaran agama pun dapat kita buktikan kebenarannya dengan cara ilmiah.
            Dengan belajar biologipun para guru dapat mrnjelaskan makna-makna dari sebuah gerakan shalat yang  biasa dilakukan umat islam dan telah diteliti secara ilmiah.

Ciri-ciri Makhluk Hidup


1. Bernafas ( Respirasi )
Yaitu proses mengambil atau menghirup O2 dan mengeluarkan CO2 (karbondioksida), Oksigen di dalam tubuh manusia digunakan untuk proses oksidasi, yaitu proses pembakaran makanan oleh oksigen di dalam tubuh untuk menghasilkan energi.

- Alat pernafasan pada tumbuhan disebut stomata atau lentisel
- Alat pernafasan pada hewan adalah paru paru,insang trakea dan kulit
- Burung memiliki alat bantu pernafasan yang disebut pundi pundi udara
2. BERGERAK

            Makhluk hidup bergerak, ada dua macam gerak yaitu gerak aktif dan gerak pasif.Gerak pasif, yaitu gerak yang proses geraknya tidak dapat diamati secara langsung, misalnya gerakan pada tumbuhan ( contoh : mekarnya bunga, ujung tunas tanaman menuju ke arah datangnya sinar matahari, menutupnya daun lamtoro pada malam hari an akar tumbuhan menuju pusat bumi )
3. Makan ( Nutrisi )

            Untuk dapat bertahan hidup, makhluk hidup memerlukan makanan dan air, fungsi makanan :
a. Menimbulkan energi ( tenaga )
b. Pembangun tubuh ( pertumbuhan )
c. Mengganti sel sel tubuh yag rusak
Makhluk hidup yang dapat membuat makanan sendiri adalah tumbuhan hijau daun lewat proses fotosintesa.
4. Iritabilitas ( tanggap terhadap rangsangan )
 iritabilitas yaitu kemampuan makhluk hidup untuk menerima dan menanggapi rangsang.Hewan dan manusia untuk iribalitas menggunakan panca indera yang terdiri dari :
- Mata untuk melihat
- Telinga untuk mendengar
- Kulit untuk meraba
- Hidung untuk mencium
- Lidah untuk mengecap
5. TUMBUH DAN BERKEMBANG

          Tumbuh adalah proses dari kecil menjadi besar, contoh : perumbuhan pada tumbuhan dapat dilihat dari ukurannya yang semakin besar dari kecambah menjadi pohon.Pertumbuhan pada tanaman tergantung pada zat zat organik yang ada di dalam tanah, seperti N,P,K,Fe dan Ca.
6. REPRODUKSI

          Semua makhluk hidup berkembang biak, hal ini merupakan upaya makhluk hidup untuk memperbanyak diri atau menghasilkan individu baru.Perkembangan makhluk hidup bertujuan untuk menjaga kelestarian jenisnya supaya tidak punah, Cara makhluk hidup untuk berkembang biak dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Generatif , yaitu peristiwa terbentuknya individu baru yang didahului oleh pembuahan ( fertilisasi ) , peembuahan berarti meleburnya sel kelamin jantan dengan betina untuk membentuk zigot , contoh : cacing, rayap, katak, lebah dll
b. Vegetatif yaitu cara berkembang biak tanpa perkawinan, jadi tidakmeliatkan sel gamet atau sel kelamin, contoh perkembangan vegetatif : tunas, membelah diri, spora, umbi geragih
7. ADAPTASI

           Untuk dapat bertahan hidup di lingkungannya, makhluk hidup harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya,Tempat hidup bagi makhluk hidup dapat melakukan aktifitasnya disebut habitat.Apabila makhluk hidup tersebut tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya maka akan mati atau bisa harus berpindah ke lingkungan yang baru.
8. MEMERLUKAN SUHU TERTENTU

           Semua makhuk hidup dapat bertahan pada suhu tertentu, ikan dapat hidup pada air yang bersuhu antara 5 derajat celcius sampai dengan 30 derajat. untuk jenis bakteri dapat sampai suhu 80 derajat, sedangkan tumbuhan dapat hidup baik antara suhu 0 – 43 derajat celcius.
9. MENGELUARKAN ZAT SISA ( sekresi )

            Zat sisa dari proses produksi harus dikeluarkan, jika tidak akan menimbulkan racun di dalam tubuh.Zat sisa yang dikeluarkan bisa berupa cairan, gas ataupun zat padat.
Alat pengeluaran zat sisa pada hewan atau manusia , yaitu :
a. Paru paru mengeluarkan CO2
b. Kulit mengeluarkan keringat
c. Ginjal mengeluarkan uriine




Metabolisme
         
·         Sel merupakan unit kehidupan yang terkecil, oleh karena itu sel dapat menjalankan aktivitas hidup, di antaranya metabolisme.
·         Metabolisme adalah proses-proses kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup/sel. Metabolisme disebut juga reaksi enzimatis, karena metabolisme terjadi selalu menggunakan katalisator enzim.
·         Berdasarkan prosesnya metabolisme dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Anabolisme/AsimilasI/Sintesis,
     yaitu proses pembentakan molekul yang kompleks dengan menggunakan energi tinggi.
Contoh : fotosintesis (asimilasi C)

energi cahaya
6 CO2 + 6 H2O ———————————> C6H1206 + 6 02
klorofil glukosa
(energi kimia)

Pada kloroplas terjadi transformasi energi, yaitu dari energi cahaya sebagai energi kinetik berubah menjadi energi kimia sebagai energi potensial, berupa ikatan senyawa organik pada glukosa. Dengan bantuan enzim-enzim, proses tersebut berlangsung cepat dan efisien. Bila dalam suatu reaksi memerlukan energi dalam bentuk panas reaksinya disebut reaksi endergonik. Reaksi semacam itu disebut reaksi endoterm.
2. Katabolisme (Dissimilasi),
     yaitu proses penguraian zat untuk membebaskan energi kimia yang tersimpan dalam senyawa organik tersebut.
Contoh:
enzim
C6H12O6 + 6 O2 ———————————> 6 CO2 + 6 H2O + 686 KKal.
energi kimia
Saat molekul terurai menjadi molekul yang lebih kecil terjadi pelepasan energi sehingga terbentuk energi panas. Bila pada suatu reaksi dilepaskan energi, reaksinya disebut reaksi eksergonik. Reaksi semacam itu disebut juga reaksi eksoterm.
Kedua arah lintasan metabolisme diperlukan setiap organisme untuk dapat bertahan hidup. Arah lintasan metabolisme ditentukan oleh suatu senyawa yang disebut sebagai hormon dan dipercepat (dikatalisis) oleh enzim. Pada senyawa organik, penentu arah reaksi kimia disebut promoter dan penentu percepatan reaksi kimia disebut katalis.
Pada setiap arah metabolisme, reaksi kimiawi melibatkan sejumlah substrat yang bereaksi dengan dikatalisis enzim pada jenjang-jenjang reaksi guna menghasilkan senyawa intermediat, yang merupakan substrat pada jenjang reaksi berikutnya. Keseluruhan pereaksi kimia yang terlibat pada suatu jenjang reaksi disebut metabolom. Semua ini dipelajari pada suatu cabang ilmu biologi yang disebut metabolomika.