Kloning berasal dari kata ‘clone’, artinya mencangkok. Secara sederhana bisa dipahami, teknik ini adalah cara reproduksi vegetatif buatan yang dilakukan pada hewan dan atau manusia.
Seperti yang kita ketahui bahwa mayoritas hewan (termasuk manusia)
hanya bisa melakukan reproduksi generatif (kawin) yang dicirikan adanya
rekombinasi gen hasil proses fertilisasi ovum oleh sperma. Sedangkan
pada reproduksi vegetatif tidak ada proses tersebut, karena individu
baru (baca: anak) berasal dari bagian tubuh tertentu dari induknya. Dengan teknik kloning, hewan dan manusia bisa diperbanyak secara vegetatif (tanpa kawin).
Teknik
ini melibatkan dua pihak, yaitu donor sel somatis (sel tubuh) dan donor
ovum (sel gamet). Meskipun pada proses ini kehadiran induk betina
adalah hal yang mutlak dan tidak mungkin dihindari, tetapi pada proses
tersebut tidak ada fertilisasi dan rekombinasi (perpaduan) gen dari
induk jantan dan induk betina. Ini mengakibatkan anak yang dihasilkan
memiliki sifat yang (boleh dikatakan) sama persis dengan ‘induk’ donor
sel somatis.
Untuk
lebih jelas, berikut ini uraian dasar proses kloning pada domba Dolly
beberapa tahun lalu. Perhatikan gambar berikut. Langkah kloning dimulai
dengan pengambilan sel puting susu seekor domba. Sel ini disebut sel
somatis (sel tubuh). Dari domba betina lain diambil sebuah ovum (sel
telur) yang kemudian dihilangkan inti selnya. Proses berikutnya adalah
fusi (penyatuan) dua sel tersebut dengan memberikan kejutan listrik
yang mengakibatkan ‘terbukanya’ membran sel telur sehingga kedua sel
bisa menyatu. Dari langkah ini telah diperoleh sebuah sel telur yang
berisi inti sel somatis. Ternyata hasil fusi sel tersebut
memperlihatkan sifat yang mirip dengan zigot, dan akan mulai melakukan
proses pembelahan.
Sebagai
langkah terakhir, ‘zigot’ tersebut akan ditanamkan pada rahim induk
domba betina, sehingga sang domba tersebut hamil. Anak domba yang lahir
itulah yang dinamakan Dolly, dan memiliki sifat yang sangat sangat
mirip dengan domba donor sel puting susu tersebut di atas.
Dolly
lahir dengan selamat dan sehat sentausa. Sayangnya selama perjalanan
hidupnya dia gampang sakit dan akhirnya mati pada umur 6 tahun, hanya
mencapai umur separoh dari rata-rata masa hidup domba normal. Padahal
kloning yang dilakukan pada hewan spesies lain tidak mengalami masalah.
Dari hasil penyelidikan kromosomal, ternyata ditemui bahwa Dolly mengalami pemendekan telomere.
Telomere adalah suatu pengulangan sekuen DNA yang biasa didapati
diujung akhir sebuah kromosom. Uniknya, setiap kali sel membelah dan
kromosom melakukan replikasi, sebagian kecil dari ujung kromosom ini
selalu hilang entah kemana. Penyebab dan mekanismenya juga belum
diketahui sampai sekarang.
Masalah
pemendekan telomere ini diketahui menyebabkan munculnya sinyal agar sel
berhenti membelah. Hal inilah yang diduga berhubungan erat dengan
percepatan penuaan dan kematian. Pemendekan telomere ini ternyata
disebabkan oleh aktivitas enzim yang dikenal dengan telomerase.
Sejalan
dengan perkembangan teknik kloning, para ilmuwan telah mampu membuka
harapan besar untuk menghidupkan kembali satwa-satwa yang telah punah.
Seorang profesor Biologi asal Jepang, Teruhiko Wakayama, berhasil
membuat kloning dari seekor mencit yang telah beku selama dua dekade.
Keberhasilan ini memicu kemungkinan terobosan yang lebih spektakuler
lagi, yakni ‘membangkitkan kembali’ makhluk hidup yang telah punah!
Misalnya burung Dodo (Raphus cucullatus), serigala Tasmania (Thylacinus cynocephalus), Quagga (Equus quagga), sampai beberapa subspesies dari harimau yang telah punah (Panthera tigris balica, Panthera tigris sondaicus).
Ini bukan isapan jempol belaka! Para ilmuwan di San Diego telah
mengambil sedikit jaringan dari spesimen awetan banteng Jawa yang telah
mati selama beberapa tahun, kemudian mengisolasi DNA banteng Jawa
tersebut dan memasukkan inti sel sintesis ke sel telur sapi biasa.
Hasilnya, dua ekor banteng Jawa berhasil dilahirkan dari rahim sapi
biasa. Jadi impian menghidupkan spesies yang telah punah, seperti
Jurassic Park, tidak lagi dianggap science-fiction belaka.
Bagaimana dengan kloning manusia? Inilah masalahnya.
Banyak
negara dan agamawan yang terang-terangan melarang dan menolak kloning
pada manusia karena masalah itu bersinggungan dengan moral, etika, dan
agama, belum lagi keruwetan silsilah. Bayangkan begini: saya bertindak
sebagai donor sel somatis yang hendak diklon. Sel telur (ovum) diambil
dari Tamara Blezinski, dan zigot ditanamkan dirahim Luna Maya.
Pertanyaannya: bayi yang lahir anak siapa? Itu hanya masalah sederhana
yang gampang dipahami oleh awam. Jika dikaitkan dengan berbagai
peraturan keagamaan, soal itu bisa jadi lebih ruwet lagi. Jadi saya gak
mau membahasnya.
Namun demikian, beberapa pihak mengklaim telah melakukan kloning pada manusia, misalnya:
- Severino Antinori, ginekolog terkenal asal Italia, mengaku berhasil mengkloning tiga bayi sekaligus. Dokter kontroversial ini pernah membantu wanita menopause berusia 63 tahun untuk melahirkan. Konon dr Antinori inilah yang berhasil melakukan klone pada manusia dan lahirlah bayi perempuan yang dinamai Eve, yang sekarang telah berusia 6 tahun.
- dr Panayiotis Zavos, seorang ilmuwan asal Amerika Serikat, mengaku telah mengkloning manusia. Kepada surat kabar Inggris, Independent,Zavos mengaku berhasil mengkloning 14 embrio manusia, 11 di antaranya sudah ditanam di rahim empat orang wanita.
- Stemagen Corp., mengklaim menjadi peneliti pertama yang berhasil mengkloning manusia. Mereka menggunakan teknik bernama somatic cell nuclear transfer, atau SCNT, yang melibatkan lubang dari sel telur yang disuntikkan sebuah sel nukleus dari seorang donor untuk kemudian dikloning dengan sel kulit yang berasal dari dua orang laki-laki.
Lepas
dari kontroversi masalah kloning pada manusia, tampaknya ilmu
pengetahuan bio molekuler dan rekayasa genetika akan tetap melaju tak
terbendung dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Seperti juga di
dunia fisika teoritis, upaya memburu ‘Partikel Tuhan’ untuk menjawab asal mula pembentukan semesta
ini mulai menampakkan hasil. Kedua bidang itulah yang tampaknya
menyebabkan manusia secara tak sadar mulai menjejakkan kaki selangkah
masuk ke wilayah Tuhan.
sumber:http://biologimediacentre.com/bioteknologi-2-teknologi-cloning-untuk-menciptakan-makhluk-hidup-tanpa-perkawinan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar